Simaklah 64 Persen Start Up Mengaku Kesulitan Susun Keuangan

Indonesia jadi negara dengan perubahan start-up tempat ke-2 di dunia. Ini, jadi berita bahagia buat kita warga Indonesia, sebab mengisyaratkan kreativitas serta ketertarikan pelajar, mahasiswa serta anak muda Indonesia di bagian usaha digital.

Tetapi, menurut Angggota Dewan Standard Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia yang dosen FEB UNPAD Ersa Tri Wahyuni, rata-rata perusahaan digital mempunyai permasalahan dalam membuat neraca keuangan. Masalahnya ada banyak transaksi serta asset yang bingung dalam proses pendataan laporan keuangannya.
Simak Juga : silabus kurikulum 2013

"Jadi anggota DSAK IAI, saya disuruh opini berkaitan persoalan ini. Dalam analisa yang saya dikerjakan, saya temukan 64 % golongan start-up mengaku kesusahan dalam pengaturan neraca keuangan serta memandang neraca keuangan jadi rumor yang penting," tutur Ersa waktu Focus Grup Discussion dengan mengusung topik “Akuntasi di Masa Revolusi Industri 4.0 yang diadakan oleh Sekolah Analisis Stratejik serta Global Kampus Indonesia (SKSG UI) bekerja bersama dengan Pranadipta Consulting, baru saja ini.

Ersa menjelaskan, aplikasi Revolusi Industri 4.0 dalam bagian start-up dilihat dari pemikiran akuntansi serta proses pengaturan neraca keuangan ialah depelovement biaya yang bisa dikapitalisasi. Dan, tidak harus di expand asal penuhi kriteria yang cukup ketat seperti ditata dalam Pengakuan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) untuk asset tidak berbentuk.

"Sekarang ini PSAK 19 batasi pernyataan asset tidak berbentuk yang dibuat sendiri terkecuali sukses penuhi ketentuan yang ketat," tuturnya.

Diluar itu, katanya, proses ‘bakar uang’ yang dikerjakan oleh perusahaan start-up untuk user acuitition dalam pencatatannya dapat dikapitalisasi dengan ketentuan terdapatnya kejelasan serta kepercayaan jika user dari start-up itu akan membuahkan revenue.

Menurut Ersa, akuntan harus terus berupaya membuat dianya berkaitan untuk warga serta entitas usaha. Sepanjang akuntan dapat memberi nilai serta berperan pada warga, karena itu selama-lamanya karier ini selalu ada.

Peranan penting seseorang akuntan, katanya, harus dapat mengkomunikasikan kondisi ekonomi perusahaan pada decision maker. Akuntan harus mengerti jika tools yang digunakan dalam kerja itu telah bermacam danup-to-date. Akuntan juga, harus faham penggunanaan big data analytic dalam pengaturan neraca keuangan.

"Oleh karenanya akuntan harus memahami serta belajar pemakaian, pemakaian serta mengkomunikasikan hasil analisa big data keuangan," kata Ersa.

Dalam tempat yang sama, Erick dari JMT Law House menjelaskan, jumlahnya pemakai/user jadi dasar yang sangat penting. Number of Users itu jadi dasar yang sangat penting dalam usaha di masa revolusi Industri 4.0, untuk mengalkulasi value usaha digital start-up dapat dihitung dari number of users-nya.
Artikel Terkait : analisis laporan keuangan

Erick memberikan contoh, bila untuk satu user itu dipandang enam dollar dengan anggapan number of users Gojek beberapa 2 juta orang, karena itu value bisnisnya sejumlah 12 juta dollar. "Tinggal sebagai persoalan apa Number of Users itu dapat masuk neraca keuangan? Hal tersebut masih jadi pembicaraan," tuturnya.

Tentunya, katanya, dalam soal ini IAI harus menjawabnya dengan peraturan serta tips yang ideal untuk menjawab persoalan ini. Sebab, dulu akuntansi menulis dengan berpatokan pada transaction base. Karena itu asset yang dibeli tahun 1980 dilaporan keuangan pada 2000 nilainya masih sama juga dengan nilai waktu transaksi. Permasalahan ini telah dituntaskan dengan peraturan yang baru bahkan juga saat ini telah future transaction base.

Jadi, katanya, akuntan tidak cuma jadi pencatat dan juga jadi penilai. Dengan begitu, prinsip serta mode kerja akuntan tetap beralih karena mode usaha serta ekonomi yang alami penambahan serta pergantian.

Wakil Direktur PT Hutchison 3 Indonesia, Danny Buldansyah menjelaskan, di Masa Revolusi Industri 4.0 mewajibkan kita untuk bereksperimen serta berdaptasi untuk dapat bertahan. Dalam tempo yang relatif cepat Gojek serta Grab dapat menaklukkan nilai ekonomi yang dipunyai oleh Bluebird atau penyuplai layanan armada taksi konvensional. Walau sebenarnya, mereka tidak punyai satupun kendaraan jadi armadanya.

"Penemuan usaha mode yang relatif baru mewajibkan tiap orang dari karier apa pun harus menjawabnya dengan pergantian pola dalam mengakhiri permasalahan terhitung dalam bagian akuntansi,” tuturnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk Intip Ciri-ciri Pecinta Ilmu Menurut Gus Ali

Ini Dia BUMN Lagi Buka Lowongan Kerja, Apa Saja Syaratnya?

Beginilah Mengurus Surat Pindah Domisili: Syarat & Prosedur Bagi Pemohon