Jangan Lewatkan Satelit Tiangong-1 Cina jatuh ke bumi hari-hari ini

Dunia tengah menyikapi jatuhnya satelit Cina Tiangong-1 ke atmosfer bumi dengan peluang serpihan puing bakal capai permukaan bumi hari-hari ini.

Apa yg Anda pikirkan apabila sebongkah benda seukuran bus tingkat siap jatuh dari langit? Perihal ini pula yg bakal berlangsung pada Tiangong-1 lekas serta dapat berlangsung sejak mulai Jumat (30/3) .

Namun lebih dari itu : mungkinkah satelit yg saat ini dalam keadaan uncontrolled re-entry, atau jatuh tak terselesaikan ke bumi ini jatuh di Indonesia?
Artikel Terkait : dampak letak astronomis Indonesia

Akankah kita dapat mengontrol cuaca dengan satelit?
Poto satelit 'perlihatkan' desa Rohingya dibuldoser Myanmar
Vanguard 1 : satelit analisa paling tua yg masih mengorbit bumi
Sampah antariksa selama 10, 5 mtr. serta berdiameter 3, 5 mtr. dan berat 8, 5 ton ini tengah siap-siap menyudahi perjalanannya serta masuk ke atmosfer bumi, proses yg kerap diketahui jadi re-entry.

Akan tetapi, kegalauan tampak berkat Tiangong-1 bakalan jatuh dalam keadaan uncontrolled re-entry, atau jatuh ke bumi dengan cara tak terselesaikan.

Area dimana ia bakalan masuk atmosfer belum dapat ditetapkan sampai sekarang.

Apa yang dimaksud Tiangong-1?
Tiangong dengan cara harafiah bermakna 'istana surgawi'. Satelit ini di luncurkan pada 2011 jadi prototipe stasiun luar angkasa pertama Cina serta mulai mengorbit sejak mulai 30 September 2011.

Sejak mulai itu, sejumlah misi berawak dikirim ke stasiun itu.

Hak atas fotoAFP
Image caption
China mengeluarkan Tiangong-1 pada 2011.
Pada 2012 sampai 2013, wahana luar angkasa itu ditinggali oleh tiga astronot Cina. Akan tetapi, pada 2016, otoritas Cina menyatakan kalau mereka udah kehilangan kendali atas satelit itu.

Mulai saat itu, satelit itu berubah menjadi sampah antariksa serta perlahan-lahan orbitnya tambah turun sampai selanjutnya menyentuh atmosfer bumi.

Kepala Instansi Penerbangan Antariksa serta Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin memaparkan sampai minggu paling akhir Maret lalu, satelit ini ada pada ketinggian 220 km dari permukaan bumi.

Hak atas fotoPHILIPPE LOPEZ/AFP/GETTYIMAGES
Image caption
Liu Yg, salah satunya astronot yg sempat mengerjakan misi di Tiangong-1.
Lalu, di ketinggian berapakah satelit ini dapat dimaksud re-entry?
Baca Juga : keuntungan letak geografis Indonesia

" Disaat di ketinggian 120 km itu udah disebut yaitu jatuh lantaran masuk atmosfer padat. Ketika masuk atmosfer padat itu Tiangong-1 yg beratnya 8, 5 ton, panjangnya 10 mtr. dengan diameter 3, 5 mtr. itu bakal pecah serta terbakar, " kata Thomas terhadap BBC Indonesia, Senin (26/03) .

" Sejumlah materialnya bakal habis di atmosfer namun kelak sisa-sisanya bakal menyebar di selama orbit yg paling akhir, " ujarnya.

Kapan satelit ini bakal jatuh?
Sampai saat ini belum bisa diyakinkan kapan satelit ini bakal jatuh lantaran ia udah gak termonitor.

Ramalan paling akhir dari Tubuh Antariksa Eropa, the European Ruang Agency (ESA) , mengemukakan Tiangong-1 bakal jatuh lebih kurang 30 Maret - 2 April, akan tetapi kapan waktu yang pasti masih banyak variasi.

Perihal ini disadari oleh Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin.

Hak atas fotoSTR/AFP/GETTY IMAGES
Image caption
Publik bergabung di Jiuquan Satellite Launch Centre yg bertempat di propinsi Gansu, China saksikan pelunucuran roket yg bawa satelit Tiangong-1 pada 20 September 2011.
" Prakiraaan sekarang, itu memang berganti-ganti. Jadi di antara akhir Maret s/d awal April. Namun ketidakpastiannaya ini masih besar, masih plus minus 1 hari atau dua hari, " pungkasnya.

" Disaat kelak ketinggiannya tambah rendah , baru kelak prakiraannya bakal bertambah tepat, " tambah Thomas.

Dimana satelit gak terselesaikan ini bakal jatuh?

Tiangong-1 diprediksikan bakal jatuh di lokasi yg ada pada 43 derajat lintang utara - 43 derajat lintang selatan, yg sejauh ini berubah menjadi sektor orbitnya.

" Jadi lokasi dalam tenggang raderah itu berpotensis kejatuhan, " kata Thomas.

Sesaat, letak geografis Indonesia ada di 6 derajat LU - 11 deajat LS serta 95 derajat BT - 141 derajat BT.

" Jadi benua Amerika sisi selatan juga s/d Amerika Serikat, lantas benua Afrika, sisi selatan Eropa, lantas Timur Tengah, Asia Selatan serta Asia Tengara, termasuk juga Indonesia, lantas Australia, itu adalah lokasi yg miliki potensi kejatuhan. "

Meski demikian, dia meyakinkan lokasi pada tenggang latitude itu sejumlah besar merupakan lautan, rimba serta gurun. Sampai, besar kemungkinan akan tidak jatuh di lokasi pemukiman.

Lalu, sebagaimana kemungkinan besar benda ini jatuh ke Indonesia?
" Sangatlah kecil sekali lantaran semestinya bila kita banding luas Indonesia termasuk luas, namun bila ketimbang dengan tenggang lokasi yg sangatlah luas begitu, itu kecil kemungkinan sekali, " tegas Thomas.

Betapapun, apabila nyata-nyatanya ada serpihan dari Tiangong-1 yg jatuh ke lokasi Indonesia, besar kemungkinan bakal jatuh di laut atau rimba.

Indonesia sendiri beberapa kali kejatuhan sampah antariksa. Pada 1981 umpamanya, ada tabung besar sisa beberapa dari roket Rusia jatuh di Gorontalo.

Hak atas fotoBBC INDONESIA
Lantas pada 1988 tabung sisa dari sisi roket Rusia jatuh di Lampung lantas 2003 ada lempengan sisi dari roket Cina jatuh di Bengkulu. Lantas 2016 itu ada sejumlah tabung bahan bakar dari roket punya AS itu jatuh di Madura

Paling akhir, april 2017 ada dua pecahan roket punya Cina jatuh di Agam, Sumatera Barat.

" Sampai dari pengalaman itu dihimbau penduduk disaat kelak menyaksikan benda jatuh dari pecahan Tiangong itu lebih kurang April atau barangkali benda jatuh dari sampah antariksa lainnya diperintah penduduk tak menggenggamnya, tak mengambilnya, namun lapor saja ke aparat ditempat buat diadukan ke LAPAN, " kata Thomas.

Bagaimana Tiangong-1 bakal jatuh?
Pengajar Astronomi di Institut Technologi Bandung Moedji Raharto menyampaikan sekarang perlahan-lahan orbit Tiangong-1 bertambah merendah dekati bumi.

" Disaat ia udah orbitnya merendah ia mesti menandingi dengan kecepatan, bila tak ia bakal jatuh. Namun karena itu disaat satelit ia merendah lantas bergerak dengan kecepatan tinggi, jadi berlangsung gesekan, " kata Moedji.

Hak atas fotoSTR/AFP/GETTYIMAGES
Image caption
Penampakan Tiangong-1 disaksikan dari satelit Shenzhou-9 pada Juli 2012.
" Gesekan barusan bakal sebabkan kecepatan barusan yg selayaknya tinggi berubah menjadi menyusut serta selanjutnya ia merendah, merendah serta tambah banyak kerapatan ketebalan angkasa bumi, jadi ia bakal bergesek serta panas. Panasnya ini dapat membakar kemudian dapat mengedit arah satelit barusan, " pungkasnya.

Thomas memberi tambahan walaupun Tiangong-1 bakal terbakar tulis bergesekan dengan atmosfer namun ada peluang sejumlah serpihannya bakal hingga ke bumi.

" Jadi peluang ada pecahan-pecahan dari sisi wahana itu, berwujud lempengan-lempengan logam, peluang juga ada bekas tabung bahan bakar roket kendalinya, yg memang dalam tabung ini mempunyai kandungan hydrazine yg biasa dimanfaatkan buat roket kendali, " ujarnya.

Apa kita butuh risau?
Berkaca pada yg sudah-sudah, Moedji mengemukakan sampah antariksa disaat jatuh ke bumi bakal terbakar, walaupun sejumlah serpihannya bakal hingga ke bumi. Hal sama, peluang pun berlangsung pada Tiangong-1.

" Sesungguhnya tak usah risau terlalu berlebih lantaran probabilitasnya tidak juga begitu besar, walau ada. Serta probabilitasnya jatuh di lautan tambah lebih besar ketimbang di daratan, " kata Moedji.

Disamping itu, Thomas mengemukakan dari pengalaman saat in sampah antariksa belumlah ada yg sempat perihal objek punya manusia.

" Ada yg rusaknya kecil waktu tabung roket punya AS jatuh di Madura, itu ada kandang domba serta sisi rumah dari penduduk yg dikit terserang lantaran pantulan dari objek itu, " pungkasnya.

Hak atas fotoLAPAN
Image caption
Sampah antariksa yg diketemukan di Sumenep, Madura pada 2016
Namun umumnya belumlah ada rusaknya yg subtansial terkecuali bila objek itu mempunyai kandungan muatan yg beresiko.

" Namun satelit yg tak bermuatan nuklir seperti Tiangong ini ya resikonya cuma dari resiko tumbukan, namun kemungkinannya kecil buat berlangsung di pemukiman, " ujarnya.

Tidak hanya itu, ada peluang resiko dari hydrazine atau bahan bakar roket kendali.

" Itu sangat beracun. Namun ini lantas kemungkinannya kecil jatuh di lokasi pemukiman, " kata Thomas.

" Jadi umumnya penduduk tak usah risau, atau butuh hati-hati seandainya kelak menyaksikan objek itu jatuh, " jelasnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk Intip Ciri-ciri Pecinta Ilmu Menurut Gus Ali

Ini Dia BUMN Lagi Buka Lowongan Kerja, Apa Saja Syaratnya?

Beginilah Mengurus Surat Pindah Domisili: Syarat & Prosedur Bagi Pemohon