Yuk Kenalu alat pemintal benang noken untuk pengrajin Utikini

Noken, kerajinan rajutan asal Papua cukuplah familiar untuk warga Indonesia. Tidak cuman benang, serat kayu serta akar anggrek ikut dimanfaatkan jadi bahan basic buat diproses berubah menjadi beraneka hasil kerajinan tangan, terutama tas. Tetapi, terakhir berkembang mode pembuatan noken yg memanfaatkan bahan baku benang yg terbuat dari pelbagai ragam model, tak lagi memakai serat kayu atau akar anggrek.

Karenanya, Freeport Indonesia bersama-sama mitranya yg mengerjakan pendampingan di warga coba berexperimen buat mencari pemecahan pemrosesan benang serat kayu buat meringankan produksi noken.
Artikel Terkait : cara menggunakan jangka sorong

Perubahan yg dilaksanakan merupakan alat pemintal benang simple yg memanfaatkan dinamo seperti yg digunakan pada alat mesin jahit.

Perusahaan itu bersama-sama Yayasan Nirudaya mengalirkan alat pemintal benang serat kayu buat dimanfaatkan banyak bunda Papua di kampung Utikini Baru, Timika, Papua.

Dina Lakupais, pendamping pengrajin noken binaan Freeport Indonesia, dalam info terdaftar di Jakarta, Jumat (7/12/2018) , mengemukakan pemanfaatan serat kayu dikira gak kembali efektif oleh pengrajin noken lantaran waktu pelaksanaan yg butuh waktu yg lama.

" Alat pemintal benang ini berubah menjadi perubahan simple yg punyai resiko besar dalam proses pembuatan noken. Trik pemanfaatan alat pemintal benang ini cukuplah sederhana hingga ringan dipraktekkan dan proses pemintalan benang serat kayu yg lebih singkat hingga pada gilirannya bisa memotong waktu produksi noken, " kata Dina.

Maria Kwiyami, salah seseorang pengrajin noken di Utikini Baru, mengemukakan mesin pemintal itu meringankan banyak bunda Papua dalam aktivitas bikin noken.

" Buat memintal benang ini, dulu generasi orang-tua kami memintal memanfaatkan tangan, namun saat ini dengan alat ini, kami dapat memintal tambah cepat, " kata Maria, yg turut datang pada Festival Filantropi Indonesia (Fifest 2018) di JCC Senayan, Jakarta (15 November 2018) waktu lalu.

Dengan cara tradisionil, imbuhnya, benang buat bikin noken diambil dari serat kayu yg dipilin dengan tangan, helai buat helai sampai selanjutnya berubah menjadi benang. Proses berikut ini yg memajukan pembuatan noken butuh waktu yg cukuplah lama, bahkan juga proses pemilinan benang saja dapat memakan banyak waktu sampai dua bulan.
Simak Juga :  cara menggunakan Mikrometer Sekrup

" Jadi sehabis ada alat ini, proses memintal benang dapat usai cuma dalam kurun waktu satu hingga dua minggu. Bila tunggu proses dengan cara manual dapat sampai satu atau dua bulan. Itu lantas baru benangnya saja, " ujarnya. 

Buat proses hingga berubah menjadi tas rajut noken, imbuhnya, dahulu saat waktu diselesaikan dengan cara manual dapat butuh waktu sampai tiga bulan.

Maria menuturkan pemberian alat pintal ini udah diperolehnya sepanjang lebih kurang tiga bulan (sejak mulai Agustus) . Sepanjang waktu kala itu, dirinya sendiri rasakan penambahan dari segi perekonomian keluarga serta upayanya yg ikut didorong oleh proses produksi yg dapat terjadi tambah cepat.

Ketua Yayasan Nirudaya, Martin Asda, mengemukakan proses pemintalan manual tidak cuman lama ikut cukuplah menyakitkan untuk banyak Bunda Papua lantaran mesti memilin kulit kayu yg kasar sampai semakin lebih halus, kerapkali, proses ini sebabkan luka di tangan banyak pengrajin. Oleh sebab itu pihaknya berikan pemberian berwujud alat mesin pemintal benang buat pengrajin noken.

" Gagasan sebelumnya ini memang adalah inspirasi dari banyak bunda Papua biar mereka dapatkan mesin pemintal benang buat noken, lantaran kulit kayu itu kan kasar, disaat dipelintir kerapkali bikin mereka, itu proses yg menyakitkan, " ujarnya.

Sejak mulai 2017 akhir Yayasan Nirudaya mulai merencanakan program buat membuat serta mendistribusikan alat pintal serta 2018, alatnya udah mulai didistribusikan. Berbarengan PT Freeport Indonesia karena itu pihaknya sediakan alat pemintal, ikut membina penduduk di Kampung Utikini Baru jadi pengrajin noken. Sejak mulai Agustus 2018, udah 13 orang bunda Papua di desa Utikini Baru terima pemberian selanjutnya kursus produksi noken, dan meningkatkan desa itu jadi desa noken.

Jadi desa noken, kata Martin, kedepannya Kampung Utikini Baru bukan hanya bakal menghasilkan noken berbentuk tas, tetapi ikut pelbagai produk turunannya seperti kemeja sampai hiasan rumah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk Intip Ciri-ciri Pecinta Ilmu Menurut Gus Ali

Ini Dia BUMN Lagi Buka Lowongan Kerja, Apa Saja Syaratnya?

Beginilah Mengurus Surat Pindah Domisili: Syarat & Prosedur Bagi Pemohon